Minggu depan, adalah hari ke-40 nenek tercinta dipanggil ke Rahmatullah, jadi kami sekeluarga memutuskan untuk berkumpul di sebuah kampung,,, *kampung banget* sekali lagi *kampung* tempat dimana Nenek bersemayam, yaitu Cidaun, Cianjur Selatan.
Ya, walaupun keluarga besar kami sudah tinggal di luar Cidaun tapi sesuai amanat almarhumah, jikalau meninggal harus dimakamkan di sana, tempat leluhur kami lahir, yaitu tatar Cidamar, Cidaun, Cianjur Selatan. Semenjak nenek meninggal, dalam satu bulan terakhir ini saya udah 4 kali bulak balik ke sana, karena Aki saya selalu merengek minta ke sana, kami anak-cucunya melaksanakan apa yang Aki mau, tak peduli jarak tempuhnya berat, asli jauh dan medannya lumayan bikin rempong *eaeaeaa.
Nah, pembaca sekalian, ada yang tahu dimana itu Cidaun? Baiklah, bagi yang belum tahu, Cidaun adalah negeri entah berantah di selatan Kota Cianjur, jaraknya kurang lebih 139 km dri Kota Cianjur
Seperti yang telah dipaparkan oleh Putra Cidaun bahwa ada sepuluh aksesibilitas menuju ke sana.
Dan jalur yang biasa kami lewati adalah : Bandung – Pangalengan – Cisewu – Rancabuaya – Cidaun
dengan medan yang berkelok-kelok bak labirin, nanjak mudun, sempit dan kanan kiri jurang
atau lewat Bandung – Soreang – Ciwidey – Naringgul – Cidaun , kondisi jalan terakhir (5 Maret 2011), dari Soreang bagus , masuk ciwidey sampai setelah kantor Desa Balegede bagus mulus alias hotmik, setelah balegede sampai kecamatan Naringgul lumayan bagus, tapi tidak sebagus dari Bandung – Balegede, dari Naringgul bagus lagi (alias hotmik orang sunda bilang mah), dari situ rasakan sendiri petualangan jrat jret jrot karena jalan lumayan banyak berlubang, apalagi setelah masuk daerah Malati – Leuweung Wangun,…
Walaupun perjuangan kita ke sana lumayan bikin rempong, tapi ini merupakan harga yang sebanding untuk ditukar dnegan pemandangan-pemandangan yang kita lewati sepanjang perjalanan.
Nah, Back to Cidaun itu sendiri, merupakan negeri cantik yang belum terpoles saja, pemda setempat kurang memperhatikannya, padahal ada banyak potensi yang luar biasa di sana. Hasil celotehan saya dan Kakek saya, potensi Cidaun diantaranya:
- Kawasan ini termasuk ke dalam tipe hutan dataran rendah, dengan jenis-jenis vegetasi seperti kiara (Ficus globosa), laban (Vitex pubescens), sempur (Dillenia excelsa), huru (Litsea indica), ketapang (Terminalia catapa) dan lain-lain. Fauna yang terdapat di CA ini adalah owa (Hylobates moloch), kera (Macaca fascicularis), kijang (Muntiacus muntjak), kancil (Tragullus javanicus), burung julang (Aceros undulatus) dan lain-lain.
Hihi, keren yah kakek sayah, masih inget ajah,maklum beliau adalah Sang Lelaki Pemberani pecinta lingkungan peraih penghargaan KALPATARU tahun 1982 (baca postingan saya sebelumnya mengenai beliau ==> disini).
2. Di Kec. Cidaun ada daerah Bojonglarang Jayanti yang memilki potensi wisata berupa obyek peninggalan sejarah kerajaan Pajajaran yang terletak Sodong Parat, berupa gua batu di Blok Cijarian yang menurut masyarakat sekitar merupakan bekas Prabu Siliwangi “Nembus Bumi”. Selain itu di Blok Batu Kukumbung (red. sunda = berkumpul) merupakan pelataran bekas berkumpulnya Prabu Siliwangi ketika akan diIslamkan oleh Prabu Kiansantang. Di Blok Cikawung terdapat bekas telapak kaki Prabu Siliwangi yang menurut cerita masyarakat sekitar telapak tersebut merupakan injakan telapak kaki Prabu Siliwangi karena takut saat akan dikhitan. , saya sendiri belum melihat batunya, mengingat petuah keramat dari warga sekitar yang tidak memperbolehkan masuk ke area sana.
Heheh, di bawah ini beberapa foto narsis sayah 😀
Walaupun jauh nian, tapi rasanya tak bosan berkunjung ke sana, tanah leluhur ceritanya.
jadi intinya mah.. jauuuuuhhhhhh ajah.. antah berantah,, 😀
hweheheheh iyah,, jauhhhhhhhhhhhh banget, tapi gak sejauh hatimu *ohekk*
Aw! Di pesisir selatan ya.. 😀
Infrastruktur untuk ke sana (jalan) gimana? mulus apa berlubang-lubang?
Eeeh itu poto terakhir, titik embun di daun padi, bagus lho. 😳 Bisa jadi objek poto yang luar biasa… 😀
hihihi, iyah, hmmm infrasrukutur nya lumayan bagus, tapi akses menuju ke sananya kang bervariasi sih, tergantung kita masuk lewat mana, kan ada 10 akses menuju ke sana,
Iyah, itu juga foto favorit sayah lho kang
AKU ORANG CIDAUNN.. emang teteh cidaunnya dimana?
Cidaun.. jadi inget temen saya, orang sana juga.
tanah leluhur memang selalu merengek manja untuk dikunjungi. selalu ada perasaan tenang saat di sana (itu yang saya rasakan, hehe…)
sungainya lagi kering ya, Teh?
hehe, oh yah?
btw PPutri jurusan apa putri?
Memang, hehe rasanya tak bosan berkunjung ke kampung halaman 😀
iya put, sungainya kering.
Pendidikan Kimia, Teh,,
iya teh,,
haduh.. jadi pengen cepet2 pulang kampung… 😀
“tahun ini akses ke jabar selatan sedang dibangun
jadi sabar saja,” Ahmad hermawan and dede yunus said
xixixixixi
heheh sip sip, baiklah, saya tunggu janjinya ya…
desanya masih bersih..asri
sungainya bersih dan bening
pantainya bagus…
tp jaraknya sy yakin pasti jauh banget nih….
pengin sebenarnya berpetualang di daerah pesisir gitu..
*tp kpn?
bandung soreang ciwidey saja sudah lumayan jauh…
hehehe ia jauh banget,maklum pesisir selatan :D,
itu ngikutnya kabupaten mana ya??
Kabupaten Cianjur om 😀
palih manaeun bumi ibu ratu roro….???
ternyata Indonesia punya banyak kekayaan alamnya….
jadi inget kampung halaman,,, masih sejuk juga, daerahnya pegunungan…..
Berlimpah tentunya, jadi sudah sepatutnya kita menjaganya 😀
kampung halamnya dimana?
Hallo Desita,
nice blog:) btw, kamu ini cucu nya Aki Samsi bukan?
Iya :D, hallo juga, makasih atas kunjungannya, sumuhun abdi putu aki Samsi :D, kenal aki samsi?
mantap Teh,.,okeh…pakidulan okeh
mantap!
hmmmm ….. nice place to visit………………
Ass. Wr. Wb. Dupi Desita teh putuna almr. Uwak Ining dan Almr. Uwak Samsi pami kitu mah leres teu…..ke..ke…ke.. putra saha yeuh wasaalam
Waalaikumsalaam wr.wb sumuhun lereus simkuring putra Pa Manaf, manawi uninga geuning 😀
maaf nambah komen, abisnya penasaran dengan nama Mak Ining dan Aki Samsi…klo boleh tanya apa Mak Ining punya saudara perempuan yg bernama Mak Oko dan Mak Emar?
assm.wrwb…hallow saudaraku semua…, saya juga pernah ke cidaun start dari ciwidey melewati perkebunan teh..wuah cuantik banget, setelah itu melewati perkampungan entah berantah itu..jalan nja muantap bagus saya pake jeep menuju laut.kabar nja saat itu mau dibuat darmaga, malah sudah ada beton batasan dari pantai..tapi entah kapan selesainja…??? bagi yang seneng menikmati alam natur..ok juga ada air terjun dllnja.
bagi saya sih tidak begitu jauh kalo seneng ga terasa karna perjalanan nja menarik sdeperti rallye..
salam dari zuerich.
wlksalaam wr.wb mantap pkoknya 🙂
berapa jam kalo dari bandung………….
kurang lebih 7 jam 🙂
kalo naik motor sekitar 5 jam,, itu kecepatan 50km/jm dengan hanya satu kali istirahat,, kalo istirahatnya sering brati lebih lama,, ………………………………………………………………………………………………… sekian.. trimakasih,, saya asli Cidaun
sebenarnya untuk orang bandung tidak terlalu jauh dan merupakan pantai terdekat jika dibandingkan dengan ke Anyer atau pangandaran. jika aksesnya melalui banjaran – pangalengan – cisewu – caringin – ranca buaya jaraknya hanya -/+ 120 km, atau hanya 70 km dari pangalengandg kondisi jalanan pangalengan-rancabuaya kurang lebihnya 30% mulus hotmix, 40 % jalan aspal mulus, 30% jl aspal rada2 renjul tetapi setiap periode selalu diperbaiki. pemandangan sepanjang perjalanan top habis n luar biasa…untuk yg suka dengan pemandanan menjadi penyebab lamanya mencapai tujuan krn bakal banyak berhenti utk foto2 ….di ranca buaya sudah terdapat Hotel yang cukup memadai dengan harga kisaran Rp 150 rb sd Rp 250 rb/malam. tempat wisata selain laut dan sea food warung “uwa Jabrig” dan “warung Frankie” yg rasanya top (sop ikan, lobster asam manis n berbagai ikan bakar) juga 2 km ke arah timur yg wajib dikunjungi guha lalay ( gua kelelawar), disamping +/- 9 km ke arah barat terdapat situs purbakala batu kukumbung pantai Cigebang yg masih sangat asri dan sangat indah, disana ada makanan sea food khas selain lobster yaitu Menon (sejenis keong laut), dan Tutundukan (sejenis kerang) yg rasanya tidak tertandingi dg jenis keong2 lut lainnya maupun jenis kerang2an … selamat mencoba utk berkunjung……
nice info 🙂
Wew… kalo buat mancing bagus ngga?
hmmmm lumayan bagus nampaknya ,,, waduh saya belum pernah nyoba 🙂
Assalamu’alaikum neng..
Abdi kantos ka Cidaun warsih 2007. Ti Naringgul ka Cidaun harita awon pisan, kumaha ayeuna tos sae? Diantos waleranna, margi Insya Allah enjing kaping 5/6/12 abdi ka Pameungpeuk via Cidaun. Hatur nuhun
Hatur nuhun ka para dulur sadayana anu kersa sumping ka cidaun, pamugi ulah bosen, margi cidaun teh kalebet daerah anu kaya pisan sumber daya alamna. Tapi memang baru sepuluh tahun belakangan ini saja pemerintah daerahnya mulai melirik potensi wisata, terutama wisata pantainya yg indah. Yaaa, Smoga saja cidaun makin maju .
Aminnnnnnn…. sami-sami.
Info yang saya dapat hari ini, katanya tanggal 2 Desember 2012 kemaren di daerah Naringgul longsor sehingga jalur bandung cidaun sementara terputus. Mohon do,a nya smoga cepat di atasi ya, kasihan dulur dulur urang
Waalaikumsalaam wr.wb
ayeuna pami via ciwidey mah sae pak. Hapunten telat margi nembe buka blog. Mangga wilujeng pelesiran 🙂
Tinggal dimana sekarang Desita masih kuliah atau kerja orang cidaun asli yah…
Eta foto uju nagkring di daerah jogjogan lamun teu leupat mah
sumuhun leres kang nuju d jogjogan
Waktu saya msh SMP di Cianjur, banyak yg mengolok-olok kalo Cidaun itu pakidulan dan orang kampung, padahal banyak sekali orang Cidaun yang telah sukses jadi pengusaha maupun pejabat terkenal di Indonesia. Cidaun adalah tempat kelahiran nenek dan kakek saya, sebetulnya sebagian orang-orang cidaun itu adalah keturunan para raja dan bupati jaman baheula, misalnya kakek penulis yaitu Aki Samsi memiliki garis keturunan dari Raden Bradjadiguna (Eyang Sembah Dalem) putra Raden Djajamanggala II/Dalem Wiradadha VII yang ke 34 karena Cidamar, dimana Raden Djajamanggala II adalah Bupati Sukapura ( sekarang Tasikmalaya), Nah keturunan Bupati tersebut menikah dengan Tubagus Sastradiwangsa yang konon katanya masih keturunan kerajaan dari Banten, serta buyut dari Bupati sukapura itu sendiri kalo dirunut ke Raja Sumedang Larang dan Kerjaaan Mataram, makanya nama belakang Aki Samsi kalo tidak salah memakai nama belakang Wangsa ( seperti adiknya Alm. Herlan Suwangsa), kata orang2 Cidaun itu kampung dan terpencil, tapi disanalah sebetulnya banyak Menak2 sunda bermukim, sekarang orang cidaun asli sudah jarang karena pada pindah ke kota Cianjur dan menyebar ke kota lainnya.
Memang betul kakek saya dulu pernah cerita bahwa di daerah dekat Djajanti ada tapak maung yang dulu tempat tsb sangat angker dan hanya bisa dilewati oleh orang tertentu saja, waktu kakek saya masih ada beliau juga menganjurkan supaya ziarah ke Makam karuhun Rd. Bradjadiguna( Eyang Sembah Dalem).
Jadi, kakek penulis itu adalah adiknya Nenek saya hehehe,,,,sebelum Aki Samsi meninggal saya pernah berkonsultasi mengenai silsilah keluarga di kediaman beliau, dan sekarang salah satu orang terakhir yang mengetahui seluk beluk cerita tentang Cidaun dan para leluhurnya telah tiada, Semoga Allah menerima iman islam Aki Samsi, dan Allah mengampuni segala khilaf Aki 🙂
Ternyata ‘pancakaki’ dengan saya 🙂 , wilujeng tepang mang, alhamdulillah pendak di didieu.
Hapunten baru kebaca kunjungan d blog saya, *telat banget* heuheu.
Kami sekeluarga turut berbela sungkawa atas kepergian Aki Sabar mudah-mudahan keluarga diberikan kesabaran.
o iya, makasih banyak yaa…tolong bilang sama anak2 aki samsi mohon dimaafkan kesalahan Kang Abay :), perwakilan dari keluarga Aki Samsi yang dateng cuma Bi Nani aja..insya Allah kalo ada watu saya mau janjian sama Bi Nani untuk zarah ke Cidaun hehehe
wah agan ini tau bener silsilah orang asli Cidaun, ane juga punya nenek orang cidaun tp sudah Alm sebelum ane lahir (semoga beliau ditempatkan di tempat terbaik di sisi Allah Swt, Al-Fatehah Sent). tapi ane cmn tau sampe ke kakek buyut…ane pengen tau silsilah keluarga, tp ga tau cari info kemana. maukah agan share ane pengetahuan tentang silsilah Penduduk asli Cidaun jaman dulu?
Kebetulan karena cidaun itu kecil dan menurut sesepuh kita semua masih saudara karena yang pertama kali membuka kawasan Cidaun/Cidamar adalah Rd. Bradjadiguna atau Eyang Sembah Dalem Cidaun, nama nenek nya siapa? siapa tau masuk ke dalam silsilah keluarga kami, karena banyak juga pendatang ke Cidaun pada abad 19.
kebetulan Kakek pemilik blog adalah salah satu sesepuh dari Ciadun dan sangat mencintai Cidaun*love you Alm Aki Samsi*
Thanks
cidaun pokoke wokeh deh.. buat fishing and touring.. apalagi kalo jalur selatan udah jadi, dari malingping sampe pangandaran lewat sisi laut selatan… top margo top..!!!
MANTAP
isya allah,, generasi2 di cidaun,, bade di terapan iptekna ti murangkalih SD na ku abdi… mohon doana.. da ai imtaq na mh, seueur ahlina marga badi sanes ahlina
Salam kenal saya urang Bogor, dulu taun 86,87,88,89 and awal 90-an saya pernah jalan mapay pasisir mapay desa desa di passir pantai selatan Jawa Barat dari Pelabuhan ratu sampe Pangandaran, kalo sampe di Cidaun pasti ngawengi di bumi-na Bapak.Nandi (waktu itu Bpk.Nandi ketua RW di Cidaun) (Mungkin sudah almarhum..?. Pernah juga jln kaki dr Cidaun lewat kampung Cikurutug tembus ke Londok – Ciwidey..
Dulu masih asri dan sepi..karna belom ada jalan raya pantai selatan jawa barat.
Mungkin sekarang sudah berubah jadi ramai..?? Someday pengen jalan lagi ke Cidaun…
Petualangan yang menarik Kang Boedi 🙂
mantap min…kapan2 ku main
kesana ah…sekalian mau nyari temanku.sudah lama banget gak pernah ketemu.
info nyang lumayan…dulu pernah jalan kaki ti pameungpeuk sampe cidaun …tahun 96…kumaha tah jalur lintas selatan dah bisa diakses pake mobil ?
ada rencana mau ke cidaun dari bandung via naringgul..pake mobil..bisa gak ya?
hatur nuhun..salam kenal
info nyang lumayan…dulu pernah jalan kaki ti pameungpeuk sampe cidaun …tahun 96…kumaha tah jalur lintas selatan dah bisa diakses pake mobil ?
ada rencana mau ke cidaun dari bandung via naringgul..pake mobil..bisa gak ya?
hatur nuhun..salam kenal
Tiasa… mung saena antos heula dugi ka beres perbaikan jalana, margi jalan antara Naringgul – Cidaun nuju di leureuskeun/diperlebar..
ya mbak Desita, Cidaun emang cantik…. InsyaAlloh minggu depan saya akan jalan kesana lagi… semoga ketemu disana ya….
ada crita daerah anker dsna, tmpt’ny brkmpul pra dukun2..
Punteun.. ieu sareung putra putuna Bapa Samsi..? saemut abdi, urang Cidaun anu kenging KALPATARU mah, teu aya sanes Bapa Samsi. Pami leureus.. sakanteuna neupangkeun, wasta abdi Heri, putuna Aki Darma ti Cidaun Girang, mung ayeuna abdi linggih di Sukaresmi Cipanas, malihan rorompok pacakeut sareung bumina Bu Hendra ( Bu Hendra putra pa Maman ti Bobojong, anu nikahna ka pa Johan Ratemu)
Mangga, Sumuhun Bapak, nepamgkeun abdi putu Bapa Al. Samsi Puradiwangsa, abdi putra Pa Syaiful Manaf, linggih di Pangalengan ayeuna Kabupaten Bandung.
MAngga seratan abdi perkawis pun aki tiasa diaos di didieu https://desitahana.wordpress.com/2009/12/07/sang-trojan/
abdi kturunan cidaun aki nini imah d smping msjid KAUM
Cidaun,Sindang Barang,pesisir pantai di wilayah Kabupaten Cianjur merupakan kota masa depan,meski daerahnya tertinggal,namun orang-orangnya tidak,kami jamin itu dan kami bangga menjadi orang KIDUL…..bravo Desita Hanafiah
Teh Desi….Selamat pagi…, udah 2 taun yg lalu baru nengok Blognya si teteh lagi, Saya boedi September 16, 2012 at 11:52 am # anu ti Bogor tea…
Terakhir tgl 27 Des 2013 sampe 1 January 2014 saya mapay pasisir lagi ti Sindang Barang (Pantai Apra) sampe ke Ranca Buaya bersama anak n istri saya (kami ber 4). Waah…pasisir Cianjur Selatan sudah banyak perubahan. Pantai selatan Jawa Barat sudah terhubungkan dengan jalan aspal / beton. Cidaun sudah jadi Kota, tidak se-sepi dulu lagi, Saya sudah pangling dan tidak tau lagi dimana rumahnya Pak Nandi / Kang Heri.. Tapi sepanjang pasisir / pantainya masih asri…masih spt thn 80-an, yg berubah cuma di Jayanti, Cidaun & Ranca Buaya yg skr sdh rame. Desa desa di sepanjang pasisir masih asri…sya sempet nginep di rumah rumah penduduk di Sindang Barang, Cimahi, Indra Layang, Ranca Buaya…. Pantai Selatan Cianjur recomended beach to visit. Nanti kapan kapan saya mampir ka bumi na teh Desi….mun keur lelembur-an…. Salam ti urang Bogor.
Indahhhhh tp jauhhhhhh
ke cidaunnya dmna? aku org cidaun
semoga allah menjaga aku dengan baik karena niat baik aku kesana demi ngantar dd pulkan semoga banyak kebaikan aku dapatkan
wahhh jadi inget cibinong yeuhhh
lamun ti arah tegal hoyong ka garut selatan bras na pamengpeuk menuju cidaun kamana arah ambil jlan na nya bawa motor ti jawa timur 15tahun teu mulang ka tanah ibu pertiwi
Dulu aku juga pernah ke pantai apra sindang barang bareng yayang dan sekarang entah dimana terakhir dia kuliah di UPI Purwakarta ? semoga dia udah sukses.
yahhhh… itulah indonesia dengan subur nya kekayaan yang ada disini ngga. Akan tetapi kesuburan indonesia tidak sebanding dengan sumber daya manusianya yg kurang memanfaatkan baik baik kekayaannya..
ya semoga saja kedepannya jauh lebih baik lagi.
Ana 2x ke cidaun dan sindang barang jalannya sepi ,banyak tikungan jurang wadeeh tapi assek bingit..Rute Jonggol- sukabumi-cidaun ajip,2hari 2malam.ngilangin suntukk.
adem banget suasananya.. 😀